Rimba Hidup
Oleh: Syarifudin Emseh
Sayangku, kau boleh suguhkan
kopi.
Demi kebebasan malam ini.
Kau
boleh pula suguhkan susu.
Demi
kebebasan malam ini.
Kau
boleh suguhkan anggur, teh, soda, air ... apa pun.
Semuanya
demi kebebasan malam ini.
Malam ini adalah rimba di bawah
rembulan.
Rimba meraung dalam kepalaku.
Rimba meraung dalam kepalamu.
Rimba berluka-luka,
berduka-duka, bersusah-susah, berdarah-darah.
Dan dalam rimba lukaku lukamu,
di sana mengalir sungai air mata.
Di sana menjadi saksi, bahwa
malam ini lukaku lukamu mengalir bersama darah kita yang bergejolak.
Aku inginkan lukamu terbaring di
atas lukaku.
Aku inginkan airmatamu menyatu
dengan airmataku.
Aku inginkan darahmu mengalir
bersama darahku.
Aku inginkan kamu terbaring di
angkasa.
Dan bila kita lihat malam ini
tanpa bintang, itu karena mereka malu.
Sayangku, kita adalah bagian
dari langit.
***
Sayangku, mari naik menuju
angkasa.
Di sana lukaku dan lukamu
terlihat dari mana saja.
Aku ingin kita adalah
bintang-bintang malam yang berduka.
Lalu bersinar purnama.
Aku ingin lukaku dan lukamu
mengalir bersama darahku; mengalir bersama hidupku.
Aku ingin sungai airmata kita
tak ada hulu dan tak ada dasarnya.
Karena berarti kesedihan kita
selalu tertampung dalam rimba malam ini dan esoknya lagi.
Komentar
Posting Komentar