Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Teksas baru saja menyelesaikan Pentas Produksinya yang ke-24 pada Sabtu, 14 September 2019 di Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto. Pementasan disutradarai oleh Rizky Riyanti Azhari (Kibel), Asisten Sutradara Indri Dwi Lestari, dan aktor diperankan oleh Nafa Zahra Saphira (Sekar); Nur Titin Puspita Sari (Maria); Asyifa Sobiroh (Sefia); dan Antonius Herlambang Wijaya (Laki-laki).
Kegiatan Pentas Produksi ini merupakan hajat besar tahunan bagi Teater Teksas. Setelah setahun yang lalu pentas produksi tidak berhasil dilaksanakan, tahun ini Teater Teksas membayarkan utangnya dengan mengadakan tur ke luar kota. Dengan membawa gagasan mengenai kebebasan semu dalam konstruksi sosial, pementasan bertajuk “Pertunjukan Pukul Dua” ini dibawakan di tiga kota, yaitu Bandung (9/9/19), Tasikmalaya (11/9/19), dan berakhir di Purwokerto (14/9/19). Bandung dan Tasikmalaya dipilih menjadi destinasi untuk melaksanakan pentas sebab tim artistik dan seluruh kru lainnya berharap mendapat relasi baru dari barat serta mendapatkan banyak pelajaran baru yang mungkin belum pernah mereka dapatkan selama berproses di Purwokerto dan sekitarnya.
Di Bandung, Teater Teksas bekerja sama dengan Forum Teater Kampus Bandung (FTKB) serta Teater Lima Wajah, yaitu UKM yang bernaung dibawah Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI). Kedatangan Teater Teksas di UKRI disambut hangat oleh Pembantu Direktur III bidang Kemahasiswaan dan Alumni UKRI pada Senin pagi, 9 September 2019. Tidak hanya itu, malamnya, pementasan juga dihadiri oleh Rektor UKRI beserta staf dan jajarannya. Meskipun jumlah penonton yang hadir hanya berjumlah 60 orang.
Lokasi kedua yang dikunjungi Teater Teksas setelah pentas di UKRI Bandung adalah Gedung Kesenian Tasikmalaya, Tasikmalaya. Antusias penonton pada pertunjukan teater ini lumayan tinggi, dari 250 kursi penonton, nyaris semuanya terisi oleh penonton, Ketua Dewan Kesenian Tasikmalaya, tamu undangan dan pegiat seni lainnya dari Tasikmalaya.
Pertunjukan dengan durasi satu setengah jam ini menceritakan tiga tokoh perempuan yaitu Sekar, Maria, dan Sefia yang memiliki persepsi dan sikap yang berbeda dalam merespon konstruksi yang dibangun oleh masyarakat. Sebut saja Sekar, seorang penari yang bercita-cita menjadi wanita karir ini harus merasa terkungkung seumur hidup. Hal itu dkarenakan ia tidak bisa melawan konstruksi yang dibangun oleh keluarganya sendiri mengenai perempuan yang hidupnya hanya berputar pada kegiatan macak, manak, dan masak.
Lain tindakan yang dilakukan tokoh perempuan bernama Maria. Ia adalah seorang pelacur yang terus memperjuangkan hidup anaknya. Dari pementasan yang dihadirkan, narasi yang dibawakan oleh tokoh Maria membuat kita berpikir kembali mengenai konstruksi yang dibangun masyarakat mengenai hal yang baik dan buruk, benar dan salah. Siapa yang membangun itu semua? Perpelacuran bagi masyarakat dianggap nista, tetapi Maria tetap berpegang teguh pada kepercayaannya bahwa ia orang baik. baginya, masyarakat yang bergunjing tentang dirinya bukanlah wakil atau sekretaris tuhan, jadi mereka tidak bisa memutuskan bahwa dirinya berdosa atau tidak, akan masuk neraka atau tidak. Pun masuk neraka, ia akan memberikan minum kepada seekor anjing agar ia bisa masuk surga. Ia menyadari bahwa hidup ini layaknya pertunjukan, semua orang bebas memilih peran yang ia inginkan. Bebas. Kebebasan yang Maria pilih ada pada dirinya sendiri, bukan orang lain.
Terakhir, Sefia sebagai perempuan kekinian yang selalu update mengenai selera masyarakat selalu merasa jumawa dengan pujian yang selalu dihaturkan kepadanya. Begitu ada yang mengritik penampilannya, ia akan buru-buru membenahi kekurangannya agar bisa terus mendapat sanjungan masyarakat. Akan tetapi konsekuensi dari sikapnya tersebut membuat ia harus terus mengikuti “kata orang” selayaknya boneka kayu yang digerakkan oleh pemainnya. Pada suatu titik akhirnya dia merasa kebebasan yang ia miliki bukan bersumber dari dirinya sendiri melainkan orang lain. Ia lelah dan merasa perlu kembali kepada kejujuran yang lama ia sembunyikan di tumpukan busana, dan riasan wajah.
Meskipun ketiga tokohnya adalah perempuan, pementasan ini tidak bermaksud membawakan isu mengenai feminisme. Ada satu tokoh pelengkap dari pementasan ini yaitu laki-laki. Kehadiran tokoh laki-laki ini mencoba menghadirkan narasi mengenai konstruksi yang beredar di masyarakat tidak selalu mengenai perempuan, tetapi juga laki-laki. Laki-laki yang selalu menerima stigma “semua lelaki sama saja. brengsek” juga coba dipertanyakan kembali lewat pementasan itu. Kembali lagi kepada pernyataan Maria, semua orang bebas memilih peran yang ia inginkan. Begitu juga laki-laki. Laki-laki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat.
Pementasan ini tidak hanya bermaksud mempertegas fenomena yang ada di lingkungan sosial, seperti yang dikatakan oleh salah satu apresiator dari Langgam Pustaka, Tasikmalaya. Penonton tidak dibiarkan pulang dengan tidak membawa apa-apa. Dengan luwes, Kibel, sang sutradara menjelaskan, setidaknya kita jadi mengerti bahwa kalau kamu mau menyampaikan kebebasan, kebebasan itu ada di diri sendiri. Jika kamu mau ikuti kata orang dan menurutmu itu adalah kebebasanmu yasudah lakukanlah. Akan tetapi jika kamu mau mengikuti kebebasan yang sesuai menurut dirimu, bukan orang lain, silakan perjuangkan.
Setelah melewati proses diskusi di Bandung dan Tasikmalaya, banyak pujian serta kritikan yang diberikan atas Pertunjukan Pukul Dua. Keduanya dijadikan bekal bagi Teater Teksas untuk memoles sedikit lagi pementasannya sebelum disajikan untuk terakhir kalinya pada Sabtu, 14 September 2019 di Gedung Kesenian Soetedja, Purwokerto.
Pertunjukan terakhir di Purwokerto cukup meriah dan ramai. Miranti Rohmanda selaku pimpinan produksi merasa terkejut dengan jumlah penonton yang hadir saat itu. Sebanyak 450 penonton mengisi penuh tempat duduk yang tersedia disana. Angka itu diluar ekspetasinya. Sayangnya banyak tamu undangan yang tidak bisa hadir pada acara tersebut. Penonton yang hadir kebanyakan berasal dari teman-teman teater SMA/SMK, Yogyakarta, Semarang, Tegal, Purwokerto dan keluarga dari kru pentas produksi.
Sebagai tambahan informasi, sebelum melakukan pentas produksi ke luar kota, Teater Teksas sempat menampilkan “Pertunjukan Pukul Dua” di SMAN 2 Purwokerto pada 4 Agustus 2019 dan SMKN 3 Banyumas pada 2 September 2019 dengan tujuan memperluas relasi serta memperkenalkan teater kampus kepada siswa/i SMA/SMK.
Proses yang memakan waktu kurang lebih lima bulan ini akhirnya selesai. Banyak pihak yang turut serta dalam kelancaran proses ini, salah satunya pihak sponsorship yang mau bermurah hati bekerja sama memberi bantuan kepada Teater Teksas agar pementasan dapat berjalan. Pihak sponsorship yang dimaksud di sini ada Kancil Rental Camera, Morris Indonesia, Jelly Tea, dan Toko Kosmetik Mitra. Secara tidak sengaja, Koropak, sebuah media lokal dari Tasikmalaya juga ikut berperan dalam mempublikasikan pentas produksi Teater Teksas saat di Tasikmalaya.
Meskipun Pentas Produksi ke-24 Teater Teksas sudah selesai, ini bukan berarti Teater Teksas berhenti produktif dan berkarya. Bulan Oktober Teater Teksas berencana mengadakan Ruang Eksplorasi,yaitu sebuah acara yang memamerkan hasil eksplorasi artistik dan keproduksian para anggota dalam berbagai bidang yang digeluti. Sedangkan pada Desember, Teater Teksas berencana mengadakan Studi Pentas untuk Anggota Teater Teksas angkatan 2018.
https://youtu.be/Rtz_BIh2g64
Kegiatan Pentas Produksi ini merupakan hajat besar tahunan bagi Teater Teksas. Setelah setahun yang lalu pentas produksi tidak berhasil dilaksanakan, tahun ini Teater Teksas membayarkan utangnya dengan mengadakan tur ke luar kota. Dengan membawa gagasan mengenai kebebasan semu dalam konstruksi sosial, pementasan bertajuk “Pertunjukan Pukul Dua” ini dibawakan di tiga kota, yaitu Bandung (9/9/19), Tasikmalaya (11/9/19), dan berakhir di Purwokerto (14/9/19). Bandung dan Tasikmalaya dipilih menjadi destinasi untuk melaksanakan pentas sebab tim artistik dan seluruh kru lainnya berharap mendapat relasi baru dari barat serta mendapatkan banyak pelajaran baru yang mungkin belum pernah mereka dapatkan selama berproses di Purwokerto dan sekitarnya.
Di Bandung, Teater Teksas bekerja sama dengan Forum Teater Kampus Bandung (FTKB) serta Teater Lima Wajah, yaitu UKM yang bernaung dibawah Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI). Kedatangan Teater Teksas di UKRI disambut hangat oleh Pembantu Direktur III bidang Kemahasiswaan dan Alumni UKRI pada Senin pagi, 9 September 2019. Tidak hanya itu, malamnya, pementasan juga dihadiri oleh Rektor UKRI beserta staf dan jajarannya. Meskipun jumlah penonton yang hadir hanya berjumlah 60 orang.
Lokasi kedua yang dikunjungi Teater Teksas setelah pentas di UKRI Bandung adalah Gedung Kesenian Tasikmalaya, Tasikmalaya. Antusias penonton pada pertunjukan teater ini lumayan tinggi, dari 250 kursi penonton, nyaris semuanya terisi oleh penonton, Ketua Dewan Kesenian Tasikmalaya, tamu undangan dan pegiat seni lainnya dari Tasikmalaya.
Pertunjukan dengan durasi satu setengah jam ini menceritakan tiga tokoh perempuan yaitu Sekar, Maria, dan Sefia yang memiliki persepsi dan sikap yang berbeda dalam merespon konstruksi yang dibangun oleh masyarakat. Sebut saja Sekar, seorang penari yang bercita-cita menjadi wanita karir ini harus merasa terkungkung seumur hidup. Hal itu dkarenakan ia tidak bisa melawan konstruksi yang dibangun oleh keluarganya sendiri mengenai perempuan yang hidupnya hanya berputar pada kegiatan macak, manak, dan masak.
Lain tindakan yang dilakukan tokoh perempuan bernama Maria. Ia adalah seorang pelacur yang terus memperjuangkan hidup anaknya. Dari pementasan yang dihadirkan, narasi yang dibawakan oleh tokoh Maria membuat kita berpikir kembali mengenai konstruksi yang dibangun masyarakat mengenai hal yang baik dan buruk, benar dan salah. Siapa yang membangun itu semua? Perpelacuran bagi masyarakat dianggap nista, tetapi Maria tetap berpegang teguh pada kepercayaannya bahwa ia orang baik. baginya, masyarakat yang bergunjing tentang dirinya bukanlah wakil atau sekretaris tuhan, jadi mereka tidak bisa memutuskan bahwa dirinya berdosa atau tidak, akan masuk neraka atau tidak. Pun masuk neraka, ia akan memberikan minum kepada seekor anjing agar ia bisa masuk surga. Ia menyadari bahwa hidup ini layaknya pertunjukan, semua orang bebas memilih peran yang ia inginkan. Bebas. Kebebasan yang Maria pilih ada pada dirinya sendiri, bukan orang lain.
Terakhir, Sefia sebagai perempuan kekinian yang selalu update mengenai selera masyarakat selalu merasa jumawa dengan pujian yang selalu dihaturkan kepadanya. Begitu ada yang mengritik penampilannya, ia akan buru-buru membenahi kekurangannya agar bisa terus mendapat sanjungan masyarakat. Akan tetapi konsekuensi dari sikapnya tersebut membuat ia harus terus mengikuti “kata orang” selayaknya boneka kayu yang digerakkan oleh pemainnya. Pada suatu titik akhirnya dia merasa kebebasan yang ia miliki bukan bersumber dari dirinya sendiri melainkan orang lain. Ia lelah dan merasa perlu kembali kepada kejujuran yang lama ia sembunyikan di tumpukan busana, dan riasan wajah.
Meskipun ketiga tokohnya adalah perempuan, pementasan ini tidak bermaksud membawakan isu mengenai feminisme. Ada satu tokoh pelengkap dari pementasan ini yaitu laki-laki. Kehadiran tokoh laki-laki ini mencoba menghadirkan narasi mengenai konstruksi yang beredar di masyarakat tidak selalu mengenai perempuan, tetapi juga laki-laki. Laki-laki yang selalu menerima stigma “semua lelaki sama saja. brengsek” juga coba dipertanyakan kembali lewat pementasan itu. Kembali lagi kepada pernyataan Maria, semua orang bebas memilih peran yang ia inginkan. Begitu juga laki-laki. Laki-laki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat.
Pementasan ini tidak hanya bermaksud mempertegas fenomena yang ada di lingkungan sosial, seperti yang dikatakan oleh salah satu apresiator dari Langgam Pustaka, Tasikmalaya. Penonton tidak dibiarkan pulang dengan tidak membawa apa-apa. Dengan luwes, Kibel, sang sutradara menjelaskan, setidaknya kita jadi mengerti bahwa kalau kamu mau menyampaikan kebebasan, kebebasan itu ada di diri sendiri. Jika kamu mau ikuti kata orang dan menurutmu itu adalah kebebasanmu yasudah lakukanlah. Akan tetapi jika kamu mau mengikuti kebebasan yang sesuai menurut dirimu, bukan orang lain, silakan perjuangkan.
Setelah melewati proses diskusi di Bandung dan Tasikmalaya, banyak pujian serta kritikan yang diberikan atas Pertunjukan Pukul Dua. Keduanya dijadikan bekal bagi Teater Teksas untuk memoles sedikit lagi pementasannya sebelum disajikan untuk terakhir kalinya pada Sabtu, 14 September 2019 di Gedung Kesenian Soetedja, Purwokerto.
Pertunjukan terakhir di Purwokerto cukup meriah dan ramai. Miranti Rohmanda selaku pimpinan produksi merasa terkejut dengan jumlah penonton yang hadir saat itu. Sebanyak 450 penonton mengisi penuh tempat duduk yang tersedia disana. Angka itu diluar ekspetasinya. Sayangnya banyak tamu undangan yang tidak bisa hadir pada acara tersebut. Penonton yang hadir kebanyakan berasal dari teman-teman teater SMA/SMK, Yogyakarta, Semarang, Tegal, Purwokerto dan keluarga dari kru pentas produksi.
Sebagai tambahan informasi, sebelum melakukan pentas produksi ke luar kota, Teater Teksas sempat menampilkan “Pertunjukan Pukul Dua” di SMAN 2 Purwokerto pada 4 Agustus 2019 dan SMKN 3 Banyumas pada 2 September 2019 dengan tujuan memperluas relasi serta memperkenalkan teater kampus kepada siswa/i SMA/SMK.
Proses yang memakan waktu kurang lebih lima bulan ini akhirnya selesai. Banyak pihak yang turut serta dalam kelancaran proses ini, salah satunya pihak sponsorship yang mau bermurah hati bekerja sama memberi bantuan kepada Teater Teksas agar pementasan dapat berjalan. Pihak sponsorship yang dimaksud di sini ada Kancil Rental Camera, Morris Indonesia, Jelly Tea, dan Toko Kosmetik Mitra. Secara tidak sengaja, Koropak, sebuah media lokal dari Tasikmalaya juga ikut berperan dalam mempublikasikan pentas produksi Teater Teksas saat di Tasikmalaya.
Meskipun Pentas Produksi ke-24 Teater Teksas sudah selesai, ini bukan berarti Teater Teksas berhenti produktif dan berkarya. Bulan Oktober Teater Teksas berencana mengadakan Ruang Eksplorasi,yaitu sebuah acara yang memamerkan hasil eksplorasi artistik dan keproduksian para anggota dalam berbagai bidang yang digeluti. Sedangkan pada Desember, Teater Teksas berencana mengadakan Studi Pentas untuk Anggota Teater Teksas angkatan 2018.
https://youtu.be/Rtz_BIh2g64
Komentar
Posting Komentar