Langsung ke konten utama

Pertunjukan Pukul Dua

Fragmen 1
(siapakah kita?)
Adegan 1

PEMENTASAN DIBUKA DENGAN TARIAN BONDAN KENDI OLEH SEKAR YANG DIIRINGI DENGAN ALUNAN GAMELAN. DENGAN LAMPU BERWARNA SEPIA. BEGITU SENDU.
MARIA MENUNGGU PELANGGAN BERSAMA BEBERAPA TEMANNYA DI TEMPAT YANG REMANG-REMANG. DUDUK DI BANGKU DENGAN TATAPAN KOSONG. HAMPIR PAGI, TAPI DIA BELUM DAPAT SATUPUN PELANGGAN PADAHAL DIA SUDAH MENGHABISKAN 5 GELAS TEH PANAS.
MARIA PULANG KE RUMAHNYA DENGAN GODAAN DAN CELAAN DISEPANJANG PERJALANANNYA.
SEFIA DUDUK DI DEPAN CERMIN. BERDANDAN.

Fragmen 2
(Film-Film Berwarna Seperti Lipstik di Bibirmu)
Adegan 1
Sefia:
Di negeri yang jauh, aku bercermin. Tetapi tidak sama sekali aku melihat wajahku yang berwarna-warni. Semua hitam dan putih, terkadang sephia. apa yang orang-orang pikirkan tentang warna sephia? Apakah orang-orang berpikir bahwa itu warna yang indah?
Sephia: coklat dan abu-abu. Seperti hitam dan putih. Warna ini tidak menggambarkan aku. Jika aku boleh memilih, akan ku simbolkan diriku dengan warna fuchsia. Pink dan ungu. Lipstik warna pink. Rasa strawberry. Untuk wajah malaikat.
(suara laki-laki)
Sejam sebelum matahari tidak jadi tenggelam, kutemui seorang perempuan mengenakan terusan berwarna pink. Sungguh cantik dan manis. Lalu dia duduk di rerumputan dibawah pohon. Berkaca dan berdandan. Disampingnya terdapat bunga matahari yang baru ia petik dari kebun bunga milik Ibu Marlina. Seorang perempuan dengan baju pink memegang bunga lalu tersenyum manis. Berpose di depan kamera ponselnya, yang kata orang adalah ponsel paling bagus pada zamannya.
Aih, aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Dua puluh lima menit kemudian, aku melihat wajah cantiknya dalam ponselku.
Sefia:
Kuning, dan violet untuk kelopak mata. Merah untuk bibir, atau mau pake pink juga boleh. Jangan lupa warna coral untuk pipi. Apakah perpaduan warna ini sudah menutup warna sephia-ku?
Aku ingin terlihat berwarna-warni dihadapan semua orang.
(LAMPU PELAN-PELAN BERGANTI MENJADI WARNA FAJAR)
(DATANG MARIA DENGAN MUKA LUSUH MENGANTUK, DANDANANYA SUDAH BERANTAKAN.)

Adegan 2
Maria: Sudah tanggal berapa sekarang? Anaku sepertinya belum makan.
Lelaki: lonte!
Maria: Aku pelacur.
Lelaki: dua ratus ribu terlalu mahal untuk menjadi hargamu!
Maria: jika kau tidak mampu membayar yasudah jangan pakai.
Lelaki: Wanita Jalang!
Maria: Aku pelacur.
Lelaki: Ganti namamu. Pelacur tidak seharusnya bernama Maria.
Maria: Memang kenapa?
Lelaki: Maria nama suci. Kau kan penuh dengan Najis.
Maria: (Tertawa)
Lelaki: Wanita penghibur!
Maria: Aku pelacur! Sejak dulu saya adalah seorang pelacur. Jangan mengubah, menambah atau mengurangi nama saya. Mengapa soal nama saja kalian ributkan?
Maria:
Aku pernah punya mimpi indah. Kau menuliskan mimpiku dalam bukumu, seperti itu mimpimu sendiri. Aku juga menuliskan kata-kata dan angka-angka yang kau ucapkan dalam tubuhku dan kita menamai itu sebagai “mimpi kita”.
Hari itu, aku membuatkanmu masakan spesial. Itu makanan favoritmu. Sop ayam dengan sambal bawang dan kerupuk. Kau menciumku hangat lalu kita makan bersama. Kata orang-orang, kita sedang dinner. Kau memuji masakanku enak. Aku tersenyum. Setelah itu kita minum anggur sampai mabuk. Kau menciumku berkali-kali sampai membuat tubuhku geli. Kita telanjang dan bergandengan tangan. Berjalan dalam kegelapan dan tiba di tebing lalu terjun ke sungai. Tapi kau tidak. Manusia adalah pusat dari kehilangan. Pada hari sabtu yang hujan, aku mencium kening-kening anakmu di rumah bordil milik Mama Helena.
(SEKAR MASUK PANGGUNG DENGAN DANDANAN PRIYAYI.)
Sekar:
Jalan yang berkali-kali kau tempuh tidak menjadikamu bunga yang wangi dan disenangi semua orang. Kau lupa pada apa yang seharusnya kau pilih. Menjadi apa kau seharusnya. Gerimis turun di hari kamis, biru, semua menangis. Semua menangis.
Sefia:
Kisahmu memang begitu panjang, Maria, kau terlihat seperti buku diary yang robek terkena hujan. Setelah itu terbuang. Hanya kau yang menangis. Hanya kau yang menangis.
Maria:
Sepasang mata tengah malam dan lipstik yang koyak. Sudah tanggal berapa sekarang? Aku harus membeli makan untuk anakku, membayar uang sekolahnya dan membayar semua urusan-urusan. Aku hanya tumbuh menjadi perempuan yang pandai memasak dan memiliki anak yang sering diserang kelaparan dan pertanyaan-pertanyaan. Aku adalah ibu yang yatim piatu. Sedangkan mereka mencariku dan mencaciku. Aku adalah bunga. Aku cacing tanah. Aku pelacur.

Adegan 3
Sekar:
Menggoreng bunga di langit biru. Menjadikannya lauk pauk untuk sarapan suamiku. Aku tidak pandai memasak, tapi kata ibu, perempuan harus pandai memasak agar bisa melayani suami. Surgaku berada di telapak kaki suamiku, kayanya.
Sefia:
Memasak itu perlu, tapi yang paling penting adalah bagaimana kamu terlihat cantik dihadapan suamimu. Supaya suamimu betah sama kamu. Kamu itu bunga matahari, Sekar, jadi pake eyeshadow kuning dan merah di kelopak mata, blushon pink di pipi, lipstik merah tua di bibir dan pakai highlighter di tulang pipi. Alismu sudah bagus, tapi masih perlu dirapihkan. Mari aku bantu.
(SEFIA MENDANDANI SEKAR SAMPAI SEKAR JADI CANTIK SEPERTI BUNGA MATAHARI)
Sekar:
Impianku terhadap dunia adalah mengejar diriku sebagai karir dan mengubah kecantikanku menjadi jam kerja. Umur 22 tahun, aku menikah dengan suamiku. Ibuku bilang dia adalah lelaki yang mapan dan tampan. Keluarganya terhormat, anak seorang pejabat. Aku akan bahagia jika menikah dengannya. Aku bahkan belum bertemu dengannya.
Dua hari setelah ibu berkata demikian, bapak kedatangan seorang tamu. Priyayi kata simbah. Wong-wong nduwe. Ibu menyiapkan makanan yang sebelumya tidak pernah ada di rumah. Katanya mereka melamarku. Aku bahkan belum bertemu dengannya.
Lelaki:
Aku melihatmu saat kau menari untuk bupati 5 tahun lalu. Aku jatuh cinta padamu. Kau cantik, demikian perempuan, persis seperti apa yang dikatakan ibuku tentang seorang istri.
Sekar:
Lalu aku menikah dengannya. Dengan pesta meriah. Harusnya aku bahagia, tapi malah muncul pertanyaan dalah benakku “Bukankan pernikahan dan memiliki anak adalah pilihan?”. aku menikah dengannya karena paksaan bapak, ibu, dan simbah. Aku bahkan belum bertemu dengannya.
Lelaki:
Cinta akan datang dengan sendirinya, Sekar, cepat atau lambat kau akan mencintaiku. Aku adalah suamimu.
Sekar:
Sebuah planet meledak. Aku tetap bangun pagi, memasak sarapan dan berdandan untuk suamiku di pagi hari. Setelah ia berangkat bekerja, yang aku lakukan adalah membereskan rumah. Apa bayaranku karna telah membereskan rumah?
Lelaki:
Kasih sayang, istriku. Bukankan itu cukup? Seorang istri harus mengabdi pada suaminya. Aku adalah kepala keluarga dan aku adalah imammu. Bukankah Pak Kyai sudah bilang bahwa “Sebaik-baiknya seorang istri adalah yang taat dan tunduk pada suami?”
Sekar:
Halah, tidak usah menggunakan agama sebagai alat untuk menindasku. Bukankah manusia adalah makhluk yang bebas dan merdeka?
Lelaki:
(Dengan marah) Sekar, mari tidur.

Fragmen 3
(Menjadi Bungur)
Adegan 1
Maria:
Suara noir radio ditengah malam. Sebuah poster pertunjukan baru saja ditempel. Pertunjukan dalam tubuh siapa kali ini? Stevi? Suhana? Dahlia si gadis 12 tahun? Atau siapa? Tokoh apakah yang akan dia perankan? Gadis lugu? gadis binal? seorang model? Seorang istri? Seorang aktris? Atau seorang gadis kesepian dalam tubuh bapaknya? Mereka pandai bermain peran hanya agar semua orang tahu bahwa mereka hidup.
Pukul dua pagi, lampu-lampu yang sedih dengan label harga yang tidak boleh lagi ditawar. Dua ratus ribu untuk sekali main, belum termasuk ongkos kasur dan pisang goreng. Harga untuk makan seorang anak yang selalu minta dicium keningnya. Aih, aku harus menaikkan harga agar aku bisa membeli mekap dan membeli gunjingan tetangga. Menjadi tiga ratus? Empat ratus? Satu juta? Atau aku harus membuat paket bermain. Satujuta untuk bermain, mendengarkan suara-suara atau menonton film noir, kasur, pisang goreng, segelas kopi dan percakapan hangat?
Tetapi musim hujan berjalan-jalan di luar bajuku. Dari seluruh warna-warna lampu jalan yang dipadatkan lalu aku kenakan. Baju dengan kancing-kancing kesedihan dan ketakutan. Akan menjadi apa aku setelah daun jatuh dari pohon terakhir?
Orang-orang bilang aku akan terbakar api neraka. Tidak apa-apa. Akan kutemukan anjing lalu akan ku beri minum ketika dia kehausan. Aku akan masuk surga. Tuhan tidak akan bersedih sendirian. Orang-orang itu kan juga tidak tahu apakah mereka akan masuk surga atau neraka? Mereka bukan wakil atau sekretaris Tuhan.

Lelaki: Memang bukan. Tapi semua itu sudah tertulis dalam kitab suci.
Maria: kitab suci siapa?
Lelaki: kitab suci orang-orang beragama.
Maria: tuhan lebih tahu apa yang kalian tidak tahu. Jangan merasa seolah-olah kamu paling tau. Aku memang pelacur, tapi apakah surga dan neraka hanya ditentukan dari profesi? Aku orang baik juga. Aneh, kenapa orang-orang ini dungu seperti babi.
Lelaki: (potongan ayat dalam kitab suci)
Maria: halah banyak bacot!
(SEORANG ANAK MASUK PANGGUNG SAMBIL MENANGIS. MARIA MENGEJARNYA DENGAN WAJAH PANIK)
(MARIA MASUK PANGGUNG LAGI DENGAN SEORANG LELAKI. BERGANDENGAN MESRA.)
Maria: Kau mau aku berperan menjadi siapa kali ini? Bunga apa yang ingin kau cium?
Lelaki: Aku ingin bunga tulip berwarna nila. Manis.
Maria: aih, aku mahir memerankan tokoh itu. Mari, sudah kusiapkan kasur, radio, kopi dan pisang goreng. Juga percakapan tentang jurang dan sungai. Aku tidak mau ke jurang dan melompat ke sungai lagi.
Sekar: Pelacur! Gara-gara kamu suamiku tidak pernah pulang. Kamu apakah dia? Semoga kau dikutuk oleh Tuhan!

Adegan 2
(PHOTOSHOOT)
Sefia: Aku memotret telapak tanganku sendiri seperti memotret dunia yang berwarna ungu. Impianku adalah ungu. Dan pink seperti strawberry.
Lelaki: Sepertinya kamu akan lebih cantik jika kau berwarna tosca.
Sefia: Warna ini telah menjadi kupu-kupu setelah air laut ingin mendaki bukit. Aku akan mengubah warna eyeshadow-ku dan memakai eyeliner.
Lelaki: Menjadi lumba-lumba.
Sefia: Menjadi tabebuya. Menjadi bungur.
Lelaki: Sefia, berapa harga pakaianmu?
Sefia: Serupa Madonna. Aku ingin seperti Madonna.
Lelaki: Bukankan lebih cantik Hepburn?
Sefia: Aku akan menjadi Hepburn keesokan harinya.
Lelaki: kau lebih cocok menjadi perempuan yang memiliki laut dalam tubuhmu. Di lenganmu.
Sefia: Laut yang seperti apa? Yang banyak pari dan kura-kura?
Lelaki: Yang banyak paus dan ubur-ubur.
Sefia: Laut itu berwarna apa?
Lelaki: Berwarna hijau.
Sefia: Aku tidak suka hijau.
Lelaki: Tapi aku suka.
Sefia: Baiklah, besok aku akan menggambar laut berwarna hijau dengan paus dan ubur-ubur.
Lelaki: Kau memang perempuan yang cantik, Sefia, mari hapus lipstikmu yang pink rasa stawberry dan telanjangi wajahmu.
Sefia: (berteriak)
(SEKAR DAN SEFIA BERADA DI TENGAH PANGGUNG. SUARA SEORANG PRIA MUNCUL DARI SISI KANAN DAN KIRI PANGGUNG BERGANTIAN. SEKAR MENGENAL SUARA ITU SEBAGAI SUAMINYA DAN SEFIA TIDAK MENGENAL SUARA ITU MEREKA BERLARI MENGEJAR DAN MENGHINDARI SUARA ITU. MEREKA KETAKUTAN KETAKUTAN.)
Sekar:
Dan berjalan. Dan melupakan. Dan menyapu. Dan melupakan. Dan memasak. Dan melupakan. Dan makan. Dan menggambar matahari di kelopak mata. Dan menggoreng bunga pada pukul 25.67. dan melupakan. Dan melupakan. Dan aku harus melakukan seumur hidup.

(SEFIA DI DEPAN BLITZ KAMERA MEMELUK DIRI YANG BERANTAKAN, MENANGIS. BAJU, MEKAP DAN KEYAKINANNYA KOYAK. DIA MEMBERSIHKAN MEKAP DARI WAJAHNYA.)

Maria:
Apakah orang-orang tahu, setiap hari, setiap saat, seseorang sedang melakukan sebuah pertunjukan. Karena dia hidup. Atau karena dia percaya bahwa dia hidup. Hidup adalah sebuah kata benda. Jika aku menyukainya, ia bernama kesunyian. Jika aku membencinya, ia bernama kesepian.
(MEMASANG POSTER-POSTER PERTUNJUKAN)
Pertunjukan ini berjudul “Menjadi Jam Tengah Malam yang Meledak di Paris Semua Menangis Dengan Mata dan Bibir Koyak Karena Apakah Kau Ada Disana?” dengan aktor utama: aku. Pencahayaan: lampu-lampu dini hari yang bersedih. Mekap: seorang aktor yang baru saja selesai pentas. Musik: tangisan anak-anak yang lupa dicium keningnya. Tentusaja penontonnya adalah kalian. Kalian bebas menonton, berbicara, mengkritik, menghujat, memuji, memaki, ikut serta dalam pertunjukan ini, membubarkannya, bebas. Tapi yang perlu diingat adalah akulah aktor utama. Jadi jalannya pertunjukan ini terserah padaku.
Kau mau menemaniku dalam pertunjukan ini?
Lelaki 2: tidak.
Maria: mengapa tidak? Kau akan aku jadikan aktor utama juga, menemaniku berdiri diatas panggung.
Lelaki2: tidak.
Maria: Nanti aku tambah dengan percakapan pukul 2 pagi. Bagaimana?
Lelaki 2: tidak.
Maria: kamu merah seperti tomat. Lucu sekali. Mau jadi pacarku saja?
Lelaki 2: tidak.
Maria: ih menggemaskan sekali. Coba katakan hal lain selain tidak.(mencubit pentil lelaki). gendut. Gemas. Ayo kita main. Nanti aku kasih diskon deh. Ayo!
Lelaki 2: ih, kok jadi aku sih yang jadi objek?
Fragmen 4
(Setelah Kita Terjebak dalam Etalase)
Adegan 1
(SEORANG LELAKI MENATAP SEFIA SINIS)
Sefia:
Museum ini terbuka kembali. Kini dengan gadis boneka berdiri dalam etalase yang terkunci. Semua orang melihatnya, memotretnya, memajangnya dalam ponselnya, kemudian beberapa meit setelah itu semua lengang. Hilang. Hitam.
Semua warna yang aku gambarkan ditubuhku semua hilang. Dia telah menelanjangi warna-warna itu. Warna yang sedari dulu aku kumpulkan di hadapan umat manusia. Ternyata aku hanya boneka kayu untuk mereka.
Tapi tidak apa. Ayo jadi boneka kayu yang cantik. Berwarna. Boneka yang semua orang senangi.
(SEFIA BERDANDAN DI DEPAN CERMIN. BERANTAKAN. LALU MENANGIS)

Adegan 2
Sekar:
Bawang merah. Merica. Cabai. Tomat. Lengkuas. Bawang putih. Jahe. Garam. Kemiri. Lada. Kunyit. Kemangi. Serai. Ketumbar. Kunyit. Penyedap rasa. Daun salam. Lengkuas. Asam jawa. Eyeshadow berwarna mustard. Cabai. Garam. Parfum rasa vanila. Tomat. Terong. Lengkuas. Bawang bombay. Garam. Asam jawa. Kencur. Temulawak. Ketumbar. Gula merah. Hal-hal lain yang turut berpartisipasi dalam cerita ini.
Sekar: Maria, aku dipukuli suamiku semalam.
Maria: Kenapa?
Sekar: Karena potongan ayat suci perkataan kyai.
Maria: Seperti apa potongan ayat suci tersebut?
Sekar: Bahwa istri harus selalu patuh pada suaminya.
Maria: Perempuan yang malang. Tapi yang aku tahu bahwa perempuan memang harus selalu patuh pada suaminya.
Sekar: Pernikahan dan anak adalah pilihan, bukan kewajiban. Lelaki keparat.
Maria: Sekar, yang aku tahu lagi, istri tidak boleh membicarakan keburukan lelaki kepada orang lain.
Sekar: siapa bilang?
Maria: Ibuku. Hal-hal mendasar begitu saja kamu belum tau. Pantas kau dipukul suamimu.
Sekar: sinting!

Adegan 3
Sefia: Aku biru karena aku melihat bahwa aku biru, karena hanya itu jalan satu-satunya yang aku tahu.
Lelaki 2: kisah-kisah manusia memang begitu pendek dan penuh tangis, Sefia.
Sefia: mungkin pagi ini aku harus pulang.
Lelaki 2: Kemana?
Sefia: Kepada museum yang tutup jam sembilan malam. Pada wajah cantik, tirus, kurus, bunga matahari, parfum Jean Baptiste Grenouille, pada sepotong apel.
Lelaki 2: pulanglah kepadaku.
Sefia: TIDAK!
(SEFIA BERJALAN MENGELILINGI PANGGUNG YANG TELAH DIBATASI DENGAN LAMPU WARNA-WARNI. LELAKI 2 MENGEJAR SEFIA. SEFIA BERJALAN SEMAKIN CEPAT. SEPAKIN LIAR. DENGAN TERIAKAN. MENGINDAR DARI LELAKI 2 SAMPAI LELAKI 2 BERHASIL MEMELUK SEFIA.)
Maria: (Kepada Lelaki 2, mencubit pipinya, gemas) Kamu kok lebih memilih dia sih daripada aku? Aku lebih bohay dari dia. (Maria mencubit seluruh tubuh Lelaki 2 dengan gemas dan melecehkan)
(LELAKI 2 MENANGIS. LALU MELAKUKAN APA YANG DILAKUKAN SEFIA. SEFIA MENGEJARNYA)
Sefia & Lelaki 2:
Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat.Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat.
(MENGIKATKAN TALI DI TUBUH MARIA.) (MARIA MENCOBA MENYENTUH LELAKI 2 LAGI. TAPI TUBUHNYA TERIKAT) (SEORANG ANAK MENANGIS)
Sefia: Dasar Pelacur!
Lelaki 2: Sampah Masyarakat!
Sefia: Kau pasti Masuk Neraka!
Sekar: Kau telah merusak keluargaku, semoga kau dikutuk!
Sefia: Pelacur bangsat!
Lelaki 2: Pelacur bangsat!
(SEKAR MENARI BONDAN KENDI. SEMAKIN LAMA TUBUHNYA SEMAKIN LEMAH. MENANGIS. LAMPU MEREDUP. TERDENGAR SUARA CAMBUK. LAMPU PADAM.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA

RESENSI BUKU: BURUNG-BURUNG MANYAR Karya YB. Mangunwijaya Oleh: Dara Nuzzul Ramadhan* Judul Buku        : Burung-Burung Manyar Pengarang         : Y.B Mangunwijaya Penerbit            : Djambatan Tahun                : 2007 ISBN                : 978-979-428-528-2 Jumlah Halaman : 319 Halaman Roman Burung-Burung Manyar adalah roman yang bisa kita bilang menceritakan pengalaman batin seorang laki-laki keturunan ningrat, asli Indonesia, yang berpihak kepada Belanda dibanding berpihak kepada Indonesia, tanah airnya sendiri. Membacanya menambah sudut pandang kita terhadap peristiwa yang terjadi pada masa prakemerdekaan dan pascakemerdekaan. Pasalnya, Selama ini yang kita ketahui adalah sejarah-sejarah dari sudut pandang bangsa Indonesia yang pro terhadap republik ini sendiri. Sedangkan pada novel ini, YB. Mangunwijaya, Sang Penulis memberikan sudut pandang baru mengenai sejarah Indonesia dari sudut pandang pihak yang kontra terh

PRESS RELEASE WORKSHOP KEANGGOTAAN TEATER TEKSAS YANG KE-XIX

  Salam Sastra! Salam Budaya! Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas terlaksananya acara Workshop Keanggotaan Teater Teksas yang ke-XIX selama 3 hari, dimulai pada tanggal 17-19 November 2023. Workshop tahun ini dilaksanakan secara luring di dua tempat; Balai Desa Limpakuwus dan Fakultas Ilmu Budaya, Purwokerto. Workshop Keanggotaan Teater Teksas merupakan kegiatan yang harus diikuti oleh calon anggota Teater Teksas sebagai syarat untuk menjadi anggota Teater Teksas. Kegiatan ini berupa latihan pengembangan dan pengujian keterampilan dalam bidang teater dan organisasi. Sebelum mengikuti Workshop, calon anggota pun harus mengikuti kegiatan pra-workshop yang diadakan selama enam hari dengan materi berbeda setiap harinya. Pra Workshop hari pertama pada tanggal 10 November 2023 dengan materi Make Up dan Kostum yang diisi oleh Almira Rahayu dan Nurul Lutfiyah, hari kedua tanggal 11 November 2023 diisi oleh dua materi yaitu Musik dan Keproduksian. Materi Musik;

PRESS RELEASE MUSYAWARAH ANGGOTA XV TEATER TEKSAS 2019/2020

Musyawarah Anggota XV Teater Teksas 2019/2020              Salam Sastra, Salam Budaya!              Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksanakannya acara Musyawarah Anggota (Musang) XV Teater Teksas periode 2018/2019 selama 8 hari, dimulai pada tanggal 3-10 Januari 2020. Di Jalan Bougenvil RT 02/RW 01 Kelurahan Grendeng. Dihadiri oleh pembina, anggota, dan alumni Teater Teksas. Serta turut mengundang UKM dan Himpunan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unsoed. Acara ini berjalan lancar meskipun terdapat beberapa kendala yang akhirnya teratasi.              Musyawarah Anggota merupakan forum tertinggi di Teater Teksas. Secara garis besar, Musang diadakan untuk menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar (AD) / Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Garis Besar Program Kerja (GBPK) yang disepakati, memaparkan pertanggungjawaban pengurus dalam bentuk Laporan Pertanggungjawaban (LPJ), serta memilih Pengurus Harian (PH).              Pada hari pertama membahas