Hari ini aku berlutut lagi di kakimu yang kudus
Menangis sampai terhunus
Merengek di dalam kardus
Bersajak tanpa putus
Hanya agar kau mau menukar koinku dengan sepotong roti kukus
Musim hujan berlangsung sangat lama
Celenganku meringkuk penuh oleh koin-koin untukmu
Seperti biasa kau pasti membukanya satu persatu
Tak peduli berapa lama waktumu menjamu
Yang aku tahu kau pasti mengambil dan menyimpannya di saku
Jika kau tak mau, membuka tutupnya sekalipun
Maka itu tidak akan pernah terjadi
Sampai aku terbunuh tanpa mati
Masih di hari yang sama
Aku terlahir kembali di musim kemarau
Kau lebih tahu seberapa sering aku menjadi anak kecil
yang memelas mengenakan kostum pengemis
untuk datang ratusan kali ke halaman rumahmu
dengan membawa botol minum kosong di siang terik
Hanya agar kau mau membelikanku es krim
Dan akupun hidup
Hidup, kujumpai kau di musim yang lain
Orang berkata musim ini adalah waktu yang damai
Tapi, bagi beberapa anak, termasuk aku
Ini adalah musim yang sangat mengerikan
Kami bertemu setiap hari, sedari aku kecil hingga sekarang
tapi wajahnya tetap saja asing
Dia hilang tapi tidak kunjung pergi
Kemudian dia muncul lagi
dengan kotoran dibajunya dan bau busuk tubuhnya
yang menyebar memenuhi ruangan rumahku
Ia kembali tinggal, aku ingin pergi, tapi tidak bisa
Kakiku dibiarkan bebas melangkah, tapi tanganku tetap ia rantai
Matanya seperti sepasang belati tajam yang siap menghunusku
Suaranya benar-benar mengusik, aku benci!
Sebenarnya dia adalah tuan rumah ini
Jadi aku terpaksa punya satu koin untuknya karena aku anak ibuku
Hujan dan kemarau juga hadir di musim ini lebih sering dari biasanya
Tapi roti kukus dan es krim telah kehilangan rasanya
Kurasa ini adalah musim duka
Di musim ini aku banyak lupa
Kadang aku lupa bahwa kau adalah cinta pertamaku
Tapi aku lebih sering lupa bahwa kau adalah tuanku
Aku juga hampir lupa kalau aku masih punya koin.
Puisi oleh Nur Titin Puspita Sari
Menangis sampai terhunus
Merengek di dalam kardus
Bersajak tanpa putus
Hanya agar kau mau menukar koinku dengan sepotong roti kukus
Musim hujan berlangsung sangat lama
Celenganku meringkuk penuh oleh koin-koin untukmu
Seperti biasa kau pasti membukanya satu persatu
Tak peduli berapa lama waktumu menjamu
Yang aku tahu kau pasti mengambil dan menyimpannya di saku
Jika kau tak mau, membuka tutupnya sekalipun
Maka itu tidak akan pernah terjadi
Sampai aku terbunuh tanpa mati
Masih di hari yang sama
Aku terlahir kembali di musim kemarau
Kau lebih tahu seberapa sering aku menjadi anak kecil
yang memelas mengenakan kostum pengemis
untuk datang ratusan kali ke halaman rumahmu
dengan membawa botol minum kosong di siang terik
Hanya agar kau mau membelikanku es krim
Dan akupun hidup
Hidup, kujumpai kau di musim yang lain
Orang berkata musim ini adalah waktu yang damai
Tapi, bagi beberapa anak, termasuk aku
Ini adalah musim yang sangat mengerikan
Kami bertemu setiap hari, sedari aku kecil hingga sekarang
tapi wajahnya tetap saja asing
Dia hilang tapi tidak kunjung pergi
Kemudian dia muncul lagi
dengan kotoran dibajunya dan bau busuk tubuhnya
yang menyebar memenuhi ruangan rumahku
Ia kembali tinggal, aku ingin pergi, tapi tidak bisa
Kakiku dibiarkan bebas melangkah, tapi tanganku tetap ia rantai
Matanya seperti sepasang belati tajam yang siap menghunusku
Suaranya benar-benar mengusik, aku benci!
Sebenarnya dia adalah tuan rumah ini
Jadi aku terpaksa punya satu koin untuknya karena aku anak ibuku
Hujan dan kemarau juga hadir di musim ini lebih sering dari biasanya
Tapi roti kukus dan es krim telah kehilangan rasanya
Kurasa ini adalah musim duka
Di musim ini aku banyak lupa
Kadang aku lupa bahwa kau adalah cinta pertamaku
Tapi aku lebih sering lupa bahwa kau adalah tuanku
Aku juga hampir lupa kalau aku masih punya koin.
Puisi oleh Nur Titin Puspita Sari
Maa syaa Allan sahabatku, tetap semamgat untuk berkarya👌👍
BalasHapusCalon Penerus Asma nadia👍
BalasHapus