Hujan mengguyur desaku. Malam ini lengkap. Ayah sedang membaca koran di kursi, sambil sesekali menyeruput kopi gulanya. Bunda di sampingku, menonton televisi, aku menyandarkan kepalaku di bahunya, rambutku juga sesekali dibelai lembut. Bang Galen? Dia sedang tiduran di karpet dan bermain ponsel. Abang aku itu tampan. Hidungnya mancung seperti hidung Ayah. Rahangnya tegas. Sorot matanya tajam, tetapi lembut kalau sedang mengobrol denganku. Warna kulitnya sawo matang. Pokoknya, aku cinta Bang Galen! “Len, ambilkan Bunda minum di kulkas.” Bang Galen menggeliat meregangkan tubuhnya. “Aaah, Gadis aja kenapa sih, Bun.” “Kok aku sih? Orang Abang yang disuruh Bunda kok, ya.” Aku memeluk Bunda dari samping. “Geser!” Bang Galen duduk di sampingku, padahal sofa yang kami duduki hanya muat dua orang. “Sempit, ih! Bunda, Abang tuh!” “Galen.” Yang ditegur malah nyengir dan melanjutkan senam jempol di ponselnya. “Buruan, Bang, ambilin Bunda minum, nanti dimarahin Ayah loh.” Aku berbi
Salam Sastra! Salam Budaya! Selamat datang di blog Teater Teksas. Di sini dimuat tulisan para anggota Teater Teksas serta kontributor lainnya. Selamat membaca~ | IG : teater.teksas | Youtube: https://www.youtube.com/channel/UC9dKKsqDvVt7LU52EkHeZmw | TEATER TEKSAS BERTERIAK!