Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Gadis oleh Nafa Zahra Saphira

Hujan mengguyur desaku. Malam ini lengkap. Ayah sedang membaca koran di kursi, sambil sesekali menyeruput kopi gulanya. Bunda di sampingku, menonton televisi, aku menyandarkan kepalaku di bahunya, rambutku juga sesekali dibelai lembut. Bang Galen? Dia sedang tiduran di karpet dan  bermain ponsel. Abang aku itu tampan. Hidungnya mancung seperti hidung Ayah. Rahangnya tegas. Sorot matanya tajam, tetapi lembut kalau sedang mengobrol denganku. Warna kulitnya sawo matang. Pokoknya, aku cinta Bang Galen! “Len, ambilkan Bunda minum di kulkas.” Bang Galen menggeliat meregangkan tubuhnya. “Aaah, Gadis aja kenapa sih, Bun.” “Kok aku sih? Orang Abang yang disuruh Bunda kok, ya.” Aku memeluk Bunda dari samping. “Geser!” Bang Galen duduk di sampingku, padahal sofa yang kami duduki hanya muat dua orang. “Sempit, ih! Bunda, Abang tuh!” “Galen.” Yang ditegur malah nyengir dan melanjutkan senam jempol di ponselnya. “Buruan, Bang, ambilin Bunda minum, nanti dimarahin Ayah loh.” Aku berbi

KOIN

Hari ini aku berlutut lagi di kakimu yang kudus Menangis sampai terhunus Merengek di dalam kardus Bersajak tanpa putus Hanya agar kau mau menukar koinku dengan sepotong roti kukus Musim hujan berlangsung sangat lama Celenganku meringkuk penuh oleh koin-koin untukmu Seperti biasa kau pasti membukanya satu persatu Tak peduli berapa lama waktumu menjamu Yang aku tahu kau pasti mengambil dan menyimpannya di saku Jika kau tak mau, membuka tutupnya sekalipun Maka itu tidak akan pernah terjadi Sampai aku terbunuh tanpa mati Masih di hari yang sama Aku terlahir kembali di musim kemarau Kau lebih tahu seberapa sering aku menjadi anak kecil yang memelas mengenakan kostum pengemis untuk datang ratusan kali ke halaman rumahmu dengan membawa botol minum kosong di siang terik Hanya agar kau mau membelikanku es krim Dan akupun hidup Hidup, kujumpai kau di musim yang lain Orang berkata musim ini adalah waktu yang damai Tapi, bagi beberapa anak, termasuk aku Ini adalah musim

Lelaki dan Kisah 1001 Detik

Oleh : Syahroel Agung P Seperti kemarin, pada pagi hari aku tetap setia duduk menghadap meja. Sekadar bercengkerama ringan untuk menghilangkan beban. Pagi itu, ditemani teh hangat bersama keripik pisang berperisa asin duduk menghadap meja. Seruputan pertama teh di pagi itu mengawali perbincanganku dengan meja ruang tengah. "Apa yang kamu ketahui tentang dunia ini? Apa yang kamu rasakan tentang dunia selama ini?." Tentu saja tanpa jawaban, aku terus meracau, membicarakan tentang sialnya siang itu, membicarakan tentang kesalku. "Apa kau tau? Aku sama sekali tak bermaksud untuk membunuhnya, ia secara sengaja menusukkan pisau itu ke perutnya sendiri, sialnya hanya ada aku waktu itu." "Niat baikku ternyata berbuah kesialan, aku hanya ingin menolongnya waktu itu, tapi tuduhan itu seakan menikamku. Sungguh, entah apa yang ada dipikiran mereka." Siang itu, aku pergi ke toko Wak Sino untuk membeli beberapa bahan makanan yang telah habis. Namun waktu itu suas