Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

"Makhluk Juni 2022" puisi oleh Anggie

 

Sebuah Proses (Cerita pengalaman Nadhira saat mengikuti proses pementasan "Sajak-Sajak Nir Di Etalase")

  Sebuah Proses                Isi tulisan ini hanya sekedar cerita singkat tentang pengalamanku saat mengikuti proses pementasan teater teksas yang berjudul Sajak-Sajak Nir Di Etalase atau yang biasa disebut SAJANDE. Dulu aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia perteateran. Aku hanya berpikir “apa sih serunya berteater” dan sampai pada saat aku masuk kuliah dan bertemu dengan Teater Teksas. Ternyata untuk membuat suatu pementasan teater banyak langkah-langkah yang harus dilalui dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Sajak-Sajak Nir Di Etalase merupakan pengalaman pertamaku di dunia per teateran. Pada awalnya kaget dengan culture latihannya tapi lama kelamaan enjoy menjalaninya. Bagaimana tidak proses yang dilalui tidaklah sebentar yaitu selama enam bulan. Ya,itu waktu yang cukup lama.        Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Tepatnya ditanggal 30 Agustus 2022 kita semua berangkat ke Semarang untuk pentas menggunakan bis. Sepanjang jalan diwarnai dengan candaan, ny

"Sepotong sore di kota lama" puisi oleh Fahazarul Hafiliani

 Sepotong sore di kota lama perempatan lampu merah 15 detik berjalan lurus. kulihat, sore sedang bercumbu kunikmati.pelan-pelan kulihat, rongsokan tua dekil terinstalasi lampu jalan yang menunduk pasrah tong berbaris berbunyi nyaring. sedang kulihat. kota dari sudut usangnya menggerakan segala robot bernyawa sore semakin rusuh kulihat. mengais angin kota lama.

"Roti dan Tulang Kering" puisi oleh Dhafin Mukti

 Roti dan Tulang Kering Siapa yang menyajikan ini? Yaa... Sebelumnya aku jarang memasak untuk diriku sendiri.. Memasak hal hal yang sangat kusukai Kunikmati, kucenderungi, kusesali, kubanggai, kucintai, kularuti dalam kesedihan ini Jadilah roti kering Tanpa bumbu, tanpa gagasan, semua hal datang begitu saja,  seperti hujan yang tak memerintahkan awan untuk memuram Seperti bencana yang tak pernah diharapkan manusia Tapi aku menikmati ini... Pun juga aku menyesali ini... Roti ini dihadapanku, Mengeras ditatapanku Membasah di gejolak lidahku Pergi menelusuri lambungku Enyah ketika kutekan tombol klosetku Dan terulang hingga sajian ke 24 kali Hingga aku bertanya kepada cermin untuk berhenti menertawai Hingga aku bertanya kepada spatula untuk istirahat Hingga aku bertanya kepada wajan untuk kusam Hingga aku bertanya kepada mulut untuk membisu Hingga aku bertanya kepada nafsu untuk berhenti menari Menikmati semua penyesalan ini, hingga tulangku menjadi kering diselimuti serangga dan dinginny